Thursday, June 22, 2006

Coulda, woulda, shoulda

Kemaren baru beres2 kamar nih.. Trus tergoda untuk buka2 catetan hidup jaman duluuu bgt..
hehe corny bgt ya? Trus kemaren2 juga sempet baca arsip e-mail yang dulu juga. So I'm feeling a lil nostalgic right now. Ada beberapa hal yang bikin saya ketawa nggak bisa berenti, mengingat betapa noraknya saya dulu hingga menuliskan baris2 kata yang ngga bisa diterima akal sehat saya sebagai seorang pria dewasa (hahaha apa sih...). Tapi ada juga beberapa line, yang bikin saya terpana, and made me like "where the hell that brilliant idea came from" (teuteup narsis) hehe..

But seriously though, emang manusia itu selalu berkembang ya tiap waktunya. Setiap detik membawa manusia kepada perubahan, dan satu-satunya yang ngga berubah itu cuman perubahan itu sendiri (quotenya siapa ya lupa euy, wise man lah pokona mah :p). Dan kadang2 perubahan itu ngga selalu ke arah yang lebih baik. Liat aja tadi, ada beberapa hal yang saya pikir terlalu norak untuk saya tulis. Artinya di situ, saya merasakan adanya perkembangan diri menuju seorang yang lebih baik.

Tapi ada juga kalimat yang bikin saya mikir lagi, "kok saya dulu bisa mikir kaya gitu ya?". Artinya ada proses degradasi pemikiran juga di situ. Bahwa saya pernah berpikir sebagus itu, dan melupakannya, saya mengalami kemunduran di situ. Kayaknya itu dah cukup sufficient deh buat jadi bukti kalo memang kita, khususnya saya selalu berubah dari masa lalu. Dan bagi saya, masa lalu itu adalah sesuatu yang untuk dikenang dan dijadikan pembelajaran apapun yang terjadi.

Memang sih, dulu sering banget saya berharap bisa balik ke moment2 dimana saya berpikir saya bisa memperbaiki keadaan. Kalimat-kalimat: "Coba dulu gw ngga ngelakuin itu", "Kalo aja gw lebih berani untuk ngelakuin itu" and so on, sering bgt berseliweran di pikiran. Pada kenyataannya memang menggoda sih untuk memikirkan apa yang terjadi seandainya kita memilih jalan yang beda dari yang pernah kita ambil. Sangat menggoda malah, to say i should have, or i could have and i would have..

Jadi inget film Butterfly Effect yang dibikin berdasarkan teori chaos, disitu ngegambarin, gimana tiap langkah yang kita ambil selalu ada konsekuensi yang luas di dalamnya. Gambarannya kaya gini: Seringkali kita berharap bisa balik lagi ke jaman dulu dan nyoba untuk memperbaiki kesalahan yang pernah kita lakuin. Kita berpikir kalo kita memperbaiki kesalahan itu i.e. memilih pilihan lain, hidup kita bakal lebih baik ke depannya. Nah di film itu digambarin ternyata, kalo kita bener2 bisa turn back time dan nyoba menghapus 'dosa masa lalu', hasilnya ngga sesuai dengan yang kita pikir. Kadang malah membawa kita ke masa depan yang lebih suram. Film yang keren... beneran deh, cukup ringan sebagai pengantar memahami teori chaos yg sangat rumit itu. Saya sangat sepakat dengan pemikiran bahwa apa yang kita alamin adalah yang terbaik buat kita. Pilihan masa lalu yang tampak lebih bagus tidak selalu seperti itu.

Kenapa kaya gitu? Karena setiap kejadian yang kita alamin -whether it's the good one or the otherwise-pasti ada pembelajaran di dalamnya. Dan pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dalam pembangunan karakter kita sebagai manusia. Karna itulah makanya kejadian dulu adalah yang terbaik buat kita asal kita tau cara menyikapinya.

Jadi, masa lalu bukan sesuatu untuk disesali atau untuk diandai-andaikan. Masa lalu merupakan media pembelajaran paling efektif. Pengandaian hanya akan membawa kita pada ketidakpuasan pada diri sendiri dan lingkungan sekitar kita yang berujung pada munculnya ketidakbahagiaan. Balik lagi ke konsep kebahagiaan di posting happy?? kebersyukuran atas apa yang kita miliki (thus, grateful to what we've been through) akan membawa kita ke perasaan nyaman atas keadaan dan berbahagia dengan keadaan itu.

Speaking of coulda and its friends (woulda and shoulda :p), dalam konsep islam, pengandaian secara tegas dilarang. Hal ini menandakan betapa berbahayanya pengandaian ini bisa membawa manusia ke jurang keputusasaan dan ketidakbahagiaan. Islam menawarkan konsep yang menarik dan mengena mengenai masa lalu sendiri. Seperti yang dibahas di postingan ini, masa lalu dalam Islam adalah pembelajaran (Q.S. 59:18), masa lalu sebagai sesuatu yang harus
dievaluasi dan dijadikan pelajaran untuk mempersiapkan hari esok.

We're living our life's best-case-scenario
we just not yet realize it...

Jadi coulda, woulda, shoulda? defenitly not the best way to see the past hehehe..