Selamat Sore...
I've always been in love with the afternoon...
Ya.. saya selalu jatuh cinta dengan sore hari. Semenjak saya kecil, pesona cahaya keemasan yang berkilau dan kemudian perlahan-lahan meredup selalu membuat saya merasa tenggelam dalam keindahan itu.
Entah apa yang menjadi daya tarik utama sore hari bagi saya. Kemilau cahayanya kah, suasana yang cenderung santai kah, atau mungkin malah peralihan menuju ke gelapnya yang saya nikmati. Yang saya ingat pasti, ketika kecil sore hari identik dengan waktu bermain.
Sore hari selalu menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh noviar kecil. Ditunggu, karena saat itu merupakan waktu saya berkumpul dengan teman-teman sebaya. Bermain apapun yang kami inginkan... Mau main bola hayu, Main rorobonan (sejenis permainan benteng-bentengan) boleh, main galasin atau galah jidar (sejenis lompat jauh) oke.
Atau mau permainan yang lebih tidak menguras tenaga? Adu kartu bagi saya cukup menyenangkan, (sampai saya dikasi tau oleh guru ngaji saya bahwa itu termasuk judi kecil-kecilan). Ada lagi maen game watch (baca:gimbot) yang disewakan 50 perak buat maen sepuasnya sampai kita kalah.
Oya.. itu juga salah satu daya tarik sore hari buat saya kecil. Saat sore merupakan saat tukang dagang ramai berdagang (iyalah tukang dagang mah berdagang). Termasuk tukang sewain gimbot yang rajin nongkrongin lapangan tempat kita main. Selain itu tentunya banyak tukang dagang lain, kebanyakan tukang dagang makanan/minuman yang siap menguras habis uang jajan anak-anak yang kecapaian dan kelaparan serta kehausan setelah bermain dengan penuh semangat.
Mereka menawarkan makanan dan minuman yang memesona anak kecil dengan bentuk yang luar biasa aneh dan warna warni tapi menarik. Tidak sehat memang, tapi tidak akan bisa ditolak oleh anak-anak. Biasanya orang tua yang khawatir melihat anaknya yang jajan berlebihan (entah khawatir kesehatan fisik ataupun kesehatan finansial) mengeluarkan jurus sakti di penghujung sore dengan mengatakan "Tos ah, da si emang na oge bade uih" (Udah-udah, si abangnya dah mau balik). Terlepas dari penerjemahan kontroversial saya, cara ini cukup efektif untuk menghentikan rengekan anak yang pengen jajan. Hal ini karena rengekan itu bakalan bermetamorfosis menjadi tangisan meraung-raung hehe..
Lain lagi tips dan trik orang tua yang dilakukan supaya anak-anak pulang sebelum gelap. Biasanya mereka menakut-nakuti anak dengan keberadaan kelong wewe yang akan mengambil anak-anak yang belum pulang setelah gelap. Tentu ini menyebabkan anak-anak jadi takut, yang pada gilirannya membuat mereka tumbuh dengan takhayul. Huehehe. Tapi saya di sini bukan untuk mengkritik cara orang tua membesarkan anaknya. Hanya sedikit mengenang sore hari di masa kecil. Sedikit bernostalgia...
Beranjak remaja, saya menikmati sore sebagai waktu untuk berleha-leha setelah seharian beraktivitas (baca: sekolah). Dan juga masih waktu paling poll buat menghabiskan waktu dengan teman-teman. Ngobrol ngga karuan, ngeceng ngga jelas, diskusi ngga mutu dan lain sebagainya. Kadang malah jalan-jalan rame-rame mengikuti seruan Denny Malik:
Jalan Sore Kita Berjalan-jalan sore-sore
Bagi sebagian remaja, sore juga waktu yang cukup asyik buat memadu kasih (alaaaaakh). Terbukti ketika JJS (lihat seruan Denny Malik di atas in case anda tidak familiar dengan istilah JJS yang memang sudah last century bgt), banyak couples yang memanfaatkan waktu sore hari buat menghabiskan waktu bersama, mungkin karena dibatasi oleh jam malam dari orang tuanya.
Sekarang... Saya melihat sore hari tetap sebagai waktu untuk melepas lelah setelah bekerja atau kuliah, waktu berolahraga juga kalo lagi niat, Kadang jadi waktu yang cukup enak buat merenung atau menulis. Dan tetap juga melihat sore hari sebagai waktu paling poll buat jalan...
Intinya buat nyantey.
Jadi, sore hari punya peran yang mirip di setiap fase kehidupan saya Ketika kecil menjadi waktu bermain, Remaja jadi waktu sosialisasi dan ngeceng, Sekarang jadi waktu untuk melepas lelah dan menyalurkan interest.
Itulah... Sore hari semenjak saya kecil sampai sekarang selalu menjadi waktu peralihan dari hidup yang satu (baca:sekolah, kuliah atau kerja) ke hidup yang lain yang lebih menyenangkan. Hidup yang lebih berkualitas, di mana saya bisa mendapatkan ketenangan tanpa khawatir deadline atau ujian (mode panik biasanya baru muncul malam hari buat saya)
Dan mungkin itu akan berlanjut di fase kehidupan saya selanjutnya. Mungkin nanti sore hari bakal menjadi waktu yang saya tunggu-tunggu karena bakal melihat lagi senyum dan kenakalan anak(s) saya. Kemudian bermain dengan mereka. Lalu bercengkrama, saling menanyakan hari masing-masing dan berdiskusi untuk kesekian ribu kalinya dengan istri (ngga pake s sekarang mah) saya tercinta.
Tampak sangat jauh...
Dan sore hari ini terasa begitu indah... Entah kenapa.
Tulisan yang cukup personal ya? Ya sekali-kali mengamalkan motif no 1 (atau 2 bahkan 3 hihi) ngga pa pa kan? ^_^
Photo courtesy of abu96 diambil dari forum majalah chip
3 Comments:
makasih karena ngga termasuk salah satu pengikut fase paradoks yang itu :) sore memang lebih indah kalau ada anak & istri yang menemani. mudah2an segera ya.
dalam sebuah pertanyaan pernah menjumpai untuk menentukan tipe orang:
waktu apakah yang anda senangi? a. pagi b. sore
jika menjawab pagi, maka salah satu bukti tergolong tipe optimistis, agresif,...
jika menjawab sore, maka salah satu bukti tergolong tipe melankolis,...
tul! aku juga sore. apalagi melihat warna langit senja. warna lembayung nya indah sekali.
Post a Comment
<< Home