Thursday, March 22, 2007

Earphone

peringatan: posting ini sangat tidak penting dan penuh dengan catatan-catatan bodoh, anda yang alergi terhadap kebodohan dianjurkan untuk tidak membaca posting ini. Penulis tidak bertanggung jawab atas reaksi yang mungkin muncul setelah membaca postingan ini.

Sejak dulu saya memang mendambakan untuk memiliki sebuah earphone. Memang tidak sampai tahap terobsesi, namun saya memiliki keinginan cukup kuat untuk memiliki earphone itu. Akhirnya, beberapa minggu yang lalu saya membulatkan tekad, memberanikan diri dan mengambil resiko untuk membeli sang earphone, hanya earphone; tanpa mp3 player, mp4 player apalagi ipod, merely an earphone.

Cukup aneh? memang... tapi saya memiliki dua alasan yang -menurut saya- cukup kuat untuk melakukan itu. Pertama, kalau saya memiliki earphone, saya akan memiliki kesempatan lebih untuk mendengarkan musik, menonton film atau bermain game. Tidak masuk akal? baiklah, untuk lebih jelasnya kita lihat beberapa adegan berikut:

Adegan pertama.
Saya sedang bosan, suntuk dan mengantuk, yang saya butuhkan adalah musik yang dapat membuat saya bangun dan bersemangat. Sejurus kemudian, datanglah teman saya sang pemilik iPod Nano yang ternyata sudah bosan mendengarkan musik. Lalu terjadilah dialog ini:

Saya (S) : "Teman, bolehkah aku meminjam iPod-mu yang sedang tidak kau pakai itu?"
Teman Saya (TS) : " Oh, maksudmu iPod-yang-penuh-dengan-lagu-lagu-bagus-dan -membangkitkan-semangat-namun-karena-aku bosan-tidak-aku-gunakan ini?"
S: "Benar sekali, aku sedang membutuhkan pembangkit semangat dikarenakan sedang bosan, suntuk dan mengantuk"
TS: "Sayang sekali, aku sebenarnya ingin sekali meminjamkan ini iPod pada dirimu, namun sayang sekali earphone ini barang personal teman. Jadi aku tak bisa meminjamkannya padamu, karena itu bagaikan meminjamkan kolorku padamu"
S: "Kalau begitu jangan khawatir!", sambil mengeluarkan earphone kesayangan lalu berdiri menghadap matahari dan mengangkat tinggi-tinggi earphone itu dengan penuh kebanggaan dan senyum kemenangan. " Aku punya ini!!"
TS: "Wow, kamu hebat sekali, baiklah aku pinjamkan iPod ini dengan senang hati untuk membangkitkan semangatmu"

Dan saya akhirnya berhasil membangkitkan semangat dan tidak lagi bosan, suntuk dan mengantuk.

*Akhir dari adegan (tolong jangan muntah)

Adegan kedua
Saya telah menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan pada saya untuk hari tertentu, tiba-tiba saya berkeinginan untuk menonton Heroes season 2 yang baru saya download, namun rekan-rekan kerja saya belum beres dan masih berkonsentrasi dengan keras untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Bos saya juga telah memasang alat penyadap suara di ruangan kami untuk mengawasi suara-suara yang mencurigakan yang dapat menghambat pekerjaan.

Saya mulai putus asa. Di tengah keputusasaan itu, saya merogoh saku saya dan tebak apa yang saya temukan di sana? Betul sekali! earphone baru saya. Akhirnya saya mencolok earphone itu di komputer dan mulai menikmati heroes season 2 yang ternyata banyak sekali kejutannya. Dan semua masalah terpecahkan: saya bisa menonton, rekan kerja saya tidak terganggu konsentrasinya, dan yang paling penting, si bos tidak dapat mendengarkan sedikit pun suara yang mencurigakan.

*akhir adegan 2
Terlepas fiksi atau nyata, kedua adegan di atas cukup dapat memberikan elaborasi bukan? Jadi saya rasa anda sekarang dapat memahami secara logis kalimat "dengan memiliki earphone saya telah membuka berjuta pintu peluang" [berlebihan]

Alasan Kedua adalah: dengan membeli earphone, saya akan memiliki motivasi lebih untuk membeli benda-benda yang padanya earphone saya dapat dicolokkan. Ambilah Contoh barang tersebut adalah laptop. Karena pada umumnya laptop memiliki colokan untuk earphone, saya akan memiliki motivasi untuk memiliki laptop semata agar saya bisa mencolokkan earphone saya.

Pada gilirannya, motivasi tersebut akan bertransformasi menjadi usaha keras nan giat untuk mendapatkan laptop. Dan setelah memiliki laptop untuk dicolok earphone saya itu, besar kemungkinan saya akan menemukan manfaat lain dari laptop dari sekedar colokan earphone. Dan saya akan selangkah lebih maju dan pintar.

Begitulah cerita dua alasan kuat dibalik pembelian earphone saya, karena sudah cukup puas dengan rasionalisasi yang saya buat, akhirnya saya cukup tenang untuk selalu membawa-bawa earphone itu kemana pun saya pergi dan mencoba mencolokannya setiap ada kesempatan. Meskipun demikian, saya tetap berusaha mengingat nasihat seorang teman yang baik dan kompeten untuk tidak sering-sering menggunakan earphone karena dapat merusak membran timpani.

Susah memang untuk menjalankan nasihat bijak tersebut karena saya sudah kadung jatuh cinta dengan earphone sehingga sulit melepaskannya bahkan untuk sejenak.

Namun... saya akan tetap berusaha... *kepalan tinju menantang matahari*

Labels: , ,

8 Comments:

Blogger Marina, Marina said...

bwakakakkakkakakka...

in the spirit of taking 'garbage' seriously: alasan yg kedua ga make sense. buying laptop isn't about motivation...'s about BUYING, i.e. money hahahahhahahha

6:33 PM  
Blogger Neng Asti said...

L.O.L.. brilian! luar biasa! besok saya mau beli earphone juga ah..

5:53 PM  
Anonymous Anonymous said...

Hahahaha...

Hilarious!!! sangat inspiring buat para penggila tebengan :)

11:44 AM  
Blogger Wanda said...

"...sayang sekali earphone ini barang personal teman. Jadi aku tak bisa meminjamkannya padamu, karena itu bagaikan meminjamkan kolorku padamu."

my favourite line..hehehe

7:37 AM  
Blogger Windy Amrin said...

tak henti-hentinya membuatku terkagum-kagum..

10:37 AM  
Blogger viar said...

@Cumi: Lha.. logikanya sama kayak kalo lo pengen beli mobil, beli wiper dulu lah biar termotivasi [makin absurd] gyahahaha

@Asti: Huehehe.. posting garing ini saya bikin dalam rangka self-indulging. saya tak menyangka ada yang (setidaknya) bisa menahan muntah membacanya ;p. Terimakasih2

@Anonymous: Hehe, selama bisa nebeng kenapa mesti beli betul? ;)

BTW siapa ya anda? kenalan dong...

@Wanda: Waduh... kalimat itu masih dalam batas kesopanan ngga ya?

@Mataangin: *Blushed* Ah dikau berlebihan ah... *Mulai salah tingkah*

9:57 PM  
Blogger Neng Asti said...

boleh nambah komen.. apakah mencetak undangan pernikahan dan membooking gedung untuk resepsi bisa memotivasi untuk segera menemukan pendamping hidup? mohon petunjuk, pak.. secara kamu kayanya berbakat juga sebagai motivator gitu, haha..

1:55 PM  
Blogger viar said...

Nah.. itu akhirnya anda berhasil membuat analogi yang lebih canggih ti.. huehehehe

mungkin ya. secara empiris belum ada buktinya, tapi boleh dicoba lah untuk riset

Kamu mau coba ti? ntar mungkin kalo beneran berhasil saya ikut deh hehehehe

4:30 PM  

Post a Comment

<< Home